No One Miss You, 2020

Where should I start to talk about that year specifically, a year of possibilities as I said, and poof it’s passed September 2021 already. I don’t think I am ready yet but let me try.

Tentang 2020, oh what a year…

Belum selesai gue memproses gimana 2020 berjalan tahu-tahu udah mau tahun baru lagi aja. 2020 benar-benar menguras segala emosi dan kehidupan gue dan kita semua tentunya, kayak mimpi tapi ngga pernah bangun lagi rasanya. Tiba-tiba dunia berubah dalam, well ngga semalam sih dan nggak bisa Kembali sama sekali. Nggak pernah kebayangnya bener-bener nyata gitu, ya siapa juga yang pernah tahu bakal kejadian kayak gini. Yeah, I am talking about you, Covid-19!

Terakhir yang gue inget awal 2020 tuh masih excited karena moi and my girls are going to Philippines for a week! Lalu harus kecewa gagal berangkat karena ada erupsi gunung Taal dua minggu sebelum penerbangan kami. Setelah banyak pertimbangan kami memutuskan untuk putar balik pergi ke Bangkok, Thailand. Ketika kami pergi ke Bangkok saat itu di Bangkok ada satu kasus terkonfirmasi positif dan sudah mulai menyiapkan diri dengan pakai masker kalau di tempat umum dan rajin semprot hand sanitizer dan cuci tangan. Semua masih berjalan normal dan menyenangkan kala itu. Siapa sangka ini malah jadi trip ke luar negeri terakhir sebelum negara api menyerang, still you Covid-19.

regular catch up via zoom or video call become normal

Pulang dari Bangkok, kembali lah gue ke perantuan seperti biasa dengan satu misi terakhir di kantor yaitu tutup project. Memasuki bulan Maret 2020 diumumkanlah kasus terkonfirmasi pertama di Indonesia dan di situlah semuanya bermula: kerja dari rumah, protokol kesehatan, larangan berpergian, bandara ditutup, semuanya serba ngga pasti. Dari yang awalnya karantina mandiri #dirumahaja selama dua minggu, diperpanjang dua minggu berikutnya, tiga bulan, hingga sekarang sudah hampir dua tahun harus kerja dari rumah. Tiba-tiba semua harus berubah. Buat gue yang di Sumba ngga terlalu banyak perubahan dan cukup gampang menyesuaikan dengan aturan-aturan seperti ngga boleh ke Mall atau untuk ngobrol lewat video call. That’s what I’ve been through for the past 5 years as anak rantau. I know, ini berat juga buat kalian, siapa yang siap juga anyway hehe

Virtual Farewell

April-Mei-Juni gue lewati seperti biasanya #SumbaLyf merayakan ultah sendiri di kosan, melewati puasa ramadan dan lebaran di kosan, menyelesaikan kewajiban dan tanggung jawab seiring berakhirnya kontrak gue. Gue yang awalnya tenang dan cenderung menikmati keadaan mulai panik karena ngga ada penerbangan selama tiga bulan dari dan menuju Pulau Sumba. Sampai akhirnya secercah harapan di bulan Juni kalau bandara sudah dibuka lagi dan gue langsung memutuskan untuk mengambil opsi penerbangan pertama untuk pulang ke Jakarta. Begitulah gue menutup tugas gue di fase 1 yang sangat tidak seperti bayangan gue di awal tahun. Awal tahun gue tahu bulan Mei gue akan ‘selesai’ dan merencanakan untuk pergi overland NTT sebelum gue Kembali pulang ke Jakarta. Boro-boro mikir keliling Flores atau diving di Alor, bisa pulang ke Jakarta aja alhamdulillah. Percaya deh ada di pulau tanpa kepastian itu rasanya ngga nyaman banget. hehe ngakunya anak pulau dan siap ditempatkan di mana saja tapi aku tetaplah a big city girl at heart, guys :""

Rasanya seneng banget bisa ada di rumah dan gue ngga nyangka gue menikmati banget sampai hari ini. Fun fact, ini periode gue ada di Jakarta terlama sejak gue merantau 2015 lalu. Biasanya cuma ‘betah’ seminggu paling lama dua minggu udah bosen lha ini tahu-tahu sudah setahun lima bulan aja. Sebulan pertama gue habiskan untuk beli segala makanan yang udah gue list sebelumnya. Daftar makanan yang biasanya Cuma gue tonton doang lewat igstory dan ngga ada di Sumba. Lalu bulan-bulan berikutnya gue membayar ‘hutang’ gue selama ini spending time dengan keluarga dan teman-temanku yang biasanya gue lewatkan karena ngga di Jakarta juga bersama merayakan ulang tahun mereka.  Yang paling gue syukuri adalah bisa hadir dan turut berbahagia Ketika sahabat-sahabatku tunangan dan menikah. Akhirnya kali ini gue menutup tahun seperti orang-orang pada umumnya setelah tiga tahun berturut-turut di kosan aja di Sumba hehe.

January

8th Gekemaki's Anniversary
Girls trip to Bangkok
February
Did Balayage for the first time

First Wedding Ceremony in Sumba

March

Kerja di masa pandemi
April

30 April

May

Idulfitri at Ratenggaro

#4 Kampung Adat Ratenggaro

Kadul
June
#1 Danau Bondosula

July

Rani's birthday

Staycation

Rani & Adit's Engagement Party

August

Sunset at Bekasi

September

Keisha's birthday sushi at home

October

Ekky's Birthday

Rani & Adit Akad Ceremony

Rani & Adit's Wedding

November

Dito's Birthday

December

After hour beach club

Abby & Retno's Wedding Celebration

Nayaka & Fariz's Engagement Party

New Year Eve

Looking back to those moments, I think I did 2020 pretty okay. ngga perfect banget tapi ya not bad as well. Walaupun banyak juga kekecewaan yang datang bersamaan dengan ketidakpastian ini. Gue kira gue udah siap, prepared my heart for the worst, tapi ujung-ujungnya ya cirambay juga. Banyak mimpi yang gue kira tinggal dijalanin aja ternyata berguguran dan bahkan mungkin harus ganti arah. masih mencoba berdamai juga nih sama diri sendiri.

But I bought a waffle maker for croffles instead

Gue ngejalanin aja 2021 setiap harinya masih tetap dalam ketidakpastian, ngga tahunya udah 3 bulan menuju ke pergantian tahun baru lagi. 

Ngingetin lagi aja nih:

ps: you are not alone

-LoveLipes 



CONVERSATION

0 comments:

Back
to top